Profil Desa Bentarsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Bentarsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Bentarsari, Kecamatan Salem, Brebes, pusat Batik Salem yang otentik di Jawa Tengah. Temukan potensi ekonomi, data demografi terbaru, kondisi geografis, pemerintahan, serta kekayaan budaya dan pariwisata di salah satu desa paling dinamis di Bre
-
Pusat Kerajinan Batik Salem
Desa Bentarsari merupakan episentrum produksi Batik Salem tulis yang otentik, menjadi pilar utama ekonomi kreatif dan daya tarik budaya di kawasan tersebut
-
Ketahanan Ekonomi Berbasis Agraris dan Kerajinan
Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian yang subur serta industri rumah tangga yang berkembang pesat, terutama kerajinan bambu dan produk makanan olahan seperti tape ketan
-
Kewaspadaan Geografis dan Pembangunan Infrastruktur
Terletak di wilayah dataran tinggi dengan kontur tanah yang dinamis, desa ini memiliki potensi bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, menjadikan pembangunan infrastruktur yang tangguh sebagai prioritas

Desa Bentarsari, yang terletak di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai salah satu denyut nadi perekonomian dan kebudayaan di wilayah Brebes bagian selatan. Jauh dari citra desa agraris semata, Bentarsari menjelma menjadi sebuah pusat industri kreatif yang dinamis, terutama melalui warisan adiluhung Batik Salem. Dengan topografi yang khas dan masyarakat yang tangguh, desa ini terus bergerak maju, menyeimbangkan antara pelestarian tradisi dan tantangan modernitas. Profil ini mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk Desa Bentarsari, dari kondisi geografis, demografi, struktur pemerintahan, hingga potensi ekonomi dan pariwisata yang menjanjikan.
Geografi, Batas Wilayah dan Demografi
Secara geografis, Desa Bentarsari berada di kawasan perbukitan di bagian selatan Kabupaten Brebes. Wilayah ini memiliki kontur tanah yang bervariasi, didominasi oleh lahan pertanian dan permukiman yang menyebar di antara lembah dan perbukitan. Lokasinya yang berada di dataran tinggi membuat desa ini memiliki hawa yang sejuk, namun juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait potensi bencana alam seperti tanah longsor, seperti yang pernah terjadi pada awal tahun 2025 di Dukuh Cikulur akibat curah hujan tinggi.
Secara administratif, Desa Bentarsari memiliki luas wilayah 562 hektare atau 5,62 kilometer persegi. Batas-batas wilayahnya meliputi:
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Banjarharjo.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salem, yang juga merupakan ibu kota kecamatan.
Sebelah Timur dan Barat diapit oleh desa-desa tetangga di dalam Kecamatan Salem, termasuk Desa Bentar yang juga merupakan sentra batik.
Berdasarkan data Sensus Penduduk yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, jumlah penduduk Desa Bentarsari tercatat sebanyak 7.213 jiwa. Dengan luas wilayah 5,62 km², maka tingkat kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.283 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan konsentrasi penduduk yang cukup padat untuk ukuran sebuah desa, menandakan bahwa Bentarsari ialah salah satu pusat permukiman dan aktivitas sosial-ekonomi yang penting di Kecamatan Salem.
Pemerintahan dan Layanan Publik
Roda pemerintahan di Desa Bentarsari dijalankan oleh seorang Kepala Desa (Kades) beserta jajaran perangkat desa yang bertanggung jawab atas administrasi, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Struktur ini didukung oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas kinerja pemerintah desa. Sejak pemilihan kepala desa serentak pada tahun 2022, Desa Bentarsari dipimpin oleh Kepala Desa definitif, Darsono, untuk masa jabatan 2022-2028. Pelantikannya menandai era baru kepemimpinan yang diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan desa.
Dalam sambutannya saat serah terima jabatan pada Juni 2022, Camat Salem berpesan agar kepala desa terpilih segera menerjemahkan visi dan misinya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Dokumen ini menjadi pedoman utama dalam alokasi anggaran dan penentuan prioritas program, mulai dari pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan dan drainase, hingga program pemberdayaan sumber daya manusia. Keberadaan fasilitas publik seperti sekolah tingkat dasar dan fasilitas kesehatan dasar menjadi tulang punggung layanan kepada masyarakat, meskipun akses dan kualitasnya terus diupayakan untuk ditingkatkan.
Pemerintah desa juga berperan aktif dalam mengelola potensi dan mengatasi tantangan. Salah satunya yakni dengan meningkatkan kesiapsiagaan bencana melalui koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes, terutama pasca-insiden tanah longsor yang pernah terjadi. Transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) menjadi kunci untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan setiap program berjalan efektif dan tepat sasaran.
Potensi Ekonomi: Kekuatan Batik, Agraris, dan Industri Rumah Tangga
Perekonomian Desa Bentarsari berdiri di atas fondasi yang beragam, menjadikannya salah satu desa dengan struktur ekonomi paling dinamis di Kecamatan Salem. Sektor utamanya tidak hanya pertanian, tetapi juga industri kerajinan yang telah memiliki nama besar.
Sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk. Lahan sawah dan tegalan yang subur dimanfaatkan untuk menanam padi dan palawija. Selain untuk konsumsi lokal, hasil pertanian ini juga dipasarkan ke luar desa, termasuk melalui Pasar Pagi yang ada di Bentarsari. Pasar ini merupakan pusat aktivitas ekonomi penting, tempat bertemunya para petani, pedagang, dan konsumen dari desa sekitar.
Namun yang menjadi ikon dan motor penggerak utama ekonomi kreatif Bentarsari ialah Batik Salem. Bersama dengan Desa Bentar, Desa Bentarsari merupakan pusat produksi Batik Tulis Salem yang otentik. Kerajinan ini bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan warisan budaya yang dihidupkan dari generasi ke generasi. Para perajin di desa ini, yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga, menghasilkan kain-kain batik dengan motif khas seperti kopi pecah, manggar, dan motif-motif lain yang terinspirasi dari alam sekitar. Pemerintah Kabupaten Brebes, melalui dinas terkait, terus mendorong pengembangan Desa Bentarsari sebagai "Kampung Batik" untuk meneguhkan identitasnya dan meningkatkan daya saing produk di pasar yang lebih luas.
Di luar batik, industri rumah tangga lainnya yang menonjol yaitu kerajinan anyaman bambu. Produk seperti keranjang, furnitur, dan perabotan rumah tangga dari bambu memiliki pasar tersendiri. Selain itu, desa ini juga dikenal sebagai penghasil tape ketan, sebuah produk kuliner khas yang memiliki cita rasa unik dan menjadi oleh-oleh favorit dari Kecamatan Salem. Kombinasi antara sektor agraris yang kuat dan industri kerajinan yang berkembang pesat menciptakan ekosistem ekonomi yang tangguh dan mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal.
Kehidupan Sosial, Budaya, dan Pariwisata
Kehidupan sosial masyarakat Desa Bentarsari sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebersamaan dan tradisi yang kental. Karakter penduduknya yang ramah dan terbuka tercermin dalam interaksi sehari-hari serta dalam berbagai kegiatan komunal. Menurut catatan sejarah lisan, wilayah Bentarsari bersama desa-desa sekitarnya dahulu merupakan satu kesatuan wilayah yang disebut "Pademangan", menunjukkan adanya ikatan historis dan budaya yang kuat di antara komunitas-komunitas di Kecamatan Salem.
Warisan budaya tidak hanya terlihat dari kerajinan batik, tetapi juga dari adanya beberapa situs yang memiliki nilai sejarah, seperti Taman Sari di area Pabelokan dan Gunung Kumbang. Tempat-tempat ini, meskipun belum dikelola secara optimal sebagai objek wisata formal, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya.
Dari sisi pariwisata, daya tarik utama Desa Bentarsari saat ini bertumpu pada statusnya sebagai desa perajin batik. Wisata edukasi dan budaya menjadi konsep yang paling relevan untuk dikembangkan. Pengunjung dapat datang langsung ke rumah-rumah perajin untuk melihat proses pembuatan Batik Salem dari awal hingga akhir, bahkan mencoba untuk membatik sendiri. Pengalaman otentik ini menjadi nilai jual yang tidak tergantikan. Selain itu, terdapat destinasi rekreasi lokal bernama Tonjong di Kampung Pabelokan, yang menjadi alternatif wisata alam bagi masyarakat sekitar. Dengan pengelolaan yang lebih profesional, potensi ini dapat diintegrasikan ke dalam satu paket wisata yang menawarkan pengalaman budaya, alam, dan kuliner khas Bentarsari.
Tantangan, Harapan, dan Arah Pembangunan
Sebagai sebuah desa yang terus berkembang, Bentarsari menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Pertama, risiko bencana alam. Kondisi geografisnya menuntut adanya sistem mitigasi bencana yang andal dan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk mengurangi dampak tanah longsor. Pembangunan infrastruktur penahan tebing dan normalisasi saluran air menjadi program prioritas.
Kedua, tantangan di sektor ekonomi. Meskipun Batik Salem memiliki nama besar, para perajin masih menghadapi kendala dalam hal pemasaran yang lebih luas, regenerasi pembatik muda, dan persaingan dengan produk batik cetak yang lebih murah. Diperlukan inovasi berkelanjutan dalam motif, peningkatan kualitas, serta strategi pemasaran digital yang efektif untuk menembus pasar nasional maupun internasional. Dukungan dari pemerintah dan pihak swasta dalam bentuk pelatihan, permodalan, dan fasilitasi pameran menjadi sangat krusial.
Ketiga, pengembangan sumber daya manusia. Meningkatkan keterampilan dan wawasan generasi muda, baik di sektor pertanian modern, kewirausahaan, maupun teknologi digital, merupakan investasi jangka panjang untuk masa depan desa.
Dengan kepemimpinan yang baru dan semangat gotong royong masyarakat yang kuat, Desa Bentarsari memiliki harapan besar untuk masa depan. Arah pembangunannya jelas: memperkuat posisinya sebagai benteng budaya Batik Salem, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi ekonomi yang berkelanjutan, serta membangun desa yang tangguh terhadap bencana dan siap menghadapi tantangan zaman. Desa Bentarsari bukan hanya sekadar titik di peta Kabupaten Brebes; ia adalah bukti nyata bahwa tradisi dan kemajuan dapat berjalan beriringan.